Satu Lagi Kapal Induk AS Dikerahkan ke Dekat Timur Tengah


 Kapal induk AS USS Gerald R Ford (dok. U.S Naval Forces Central Command/U.S. 6th Fleet/Handout via REUTERS/File Photo Acquire Licensing Rights)

Washington DC – Satu Lagi Kapal Induk AS Menuju Eropa, Dekati Timur Tengah di Tengah Memanasnya Konflik

Pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan akan mengirimkan satu lagi kapal induk ke wilayah Eropa pada pekan depan, yang lokasinya akan semakin dekat dengan kawasan Timur Tengah. Dengan langkah ini, jumlah kapal induk AS yang berada di sekitar Timur Tengah akan bertambah menjadi tiga, seiring eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel yang terus meningkat.

Sejak pekan lalu, Israel telah meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah Iran. Menanggapi situasi tersebut, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa dirinya tengah mempertimbangkan kemungkinan keterlibatan militer dalam mendukung serangan Israel terhadap Teheran.
"Kelompok tempur kapal induk Gerald Ford akan berangkat dari Norfolk (Virginia) pada pagi hari tanggal 24 Juni untuk pengerahan terjadwal secara teratur ke area tanggung jawab Komando Eropa AS," kata pejabat Angkatan Laut AS tersebut.
Diketahui bahwa kapal induk AS USS Carl Vinson telah beroperasi di Timur Tengah sejak awal tahun ini, dan terlibat dalam operasi serangan udara melawan kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Sementara USS Nimitz, menurut seorang pejabat pertahanan AS, telah dikerahkan ke kawasan Timur Tengah berdasarkan perintah Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth. Pengerahan itu, sebut sang pejabat pertahanan AS, dimaksudkan "untuk mempertahankan postur pertahanan kita dan melindungi para personel Amerika".

Trump, pada Kamis (19/6), mengatakan bahwa dirinya akan memutuskan apakah akan bergabung dengan serangan Israel terhadap Iran dalam waktu dua pekan ke depan, dengan alasan masih adanya peluang negosiasi untuk mengakhiri konflik.

Batas waktu itu disampaikan setelah beberapa hari yang menegangkan di mana sang Presiden AS secara terbuka mempertimbangkan untuk menyerang Iran, dan menyebut pemimpin tertinggi Teheran Ayatollah Ali Khamenei sebagai "target yang mudah".

Trump telah menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk menempuh jalur diplomatik demi mencapai kesepakatan baru, untuk menggantikan kesepakatan nuklir dengan Iran yang ditinggalkan pada masa jabatannya tahun 2018.

Namun sejak itu, dia mendukung serangan Israel terhadap fasilitas nuklir dan petinggi militer Iran, sembari mempertimbangkan apakah akan bergabung.
Masalah utama dalam hal ini adalah AS menjadi satu-satunya negara yang memiliki bom besar "penghancur bunker" yang dapat menghancurkan fasilitas pengayaan nuklir Iran yang penting, Fordo, yang ada jauh di bawah tanah.

Sejumlah tokoh kunci dalam gerakan "Make America Great Again" telah secara vokal menentang serangan AS terhadap Iran, dan janji Trump untuk menarik AS keluar dari "perang abadi" di Timur Tengah memainkan peran dalam kemenangannya pada pemilu tahun 2016 dan 2024 lalu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konflik Israel-Iran: 4 Dampak Mengkhawatirkan yang Bikin Indonesia dan Dunia Cemas

Serang Iran, Jerman Sanjung Israel Telah Menjalankan Pekerjaan Kotor Demi Kepentingan Negara-negara Barat